Virtual Address
Search Engine Google, Bing, Yahoo, Baidu, Yandex and Duckduckgo
SantuyNesia – Pembahasan Metodologi Ilmu Ekonomi Islam menurut Profesor Zubair Hassan (1998), ada dua pendekatan metodologi yang telah digunakan dalam membangun ilmu ekonomi syariah.
Yang pertama adalah pendekatan all-or-nothing approach, yaitu yang menganut prinsip “syariah penuh atau tidak sama sekali”. Dengan pendekatan ini, semua teori dan konsep ekonomi konvensional ditolak dan dihancurkan, dan kemudian dibangun ekonomi Syariah dengan definisi dan konseptualisasinya sendiri. Namun, kelemahan dari pendekatan ini seringkali tidak dapat diterapkan dan sulit diterapkan.
Adapun pendekatan kedua dalam metodologi ilmu ekonomi islam adalah step by step approach, yaitu pendekatan gradual, tahap demi tahap. Dalam pendekatan ini, terjadí proses filterisasi ilmu ekonomi konvensional dengan mengeliminasi komponen-komponen yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Namun, meski pendekatan ini dapat diterapkan, kelemahan pendekatan ini terletak pada munculnya kritik bahwa ekonomi Islam hanya “mengikuti” ekonomi konvensional semata-mata karena orisinalitas ilmiahnya sering dipertanyakan.
Dalam praktiknya, fakta menunjukkan bahwa pendekatan kedua lebih unggul daripada yang pertama. Namun, yang kemudian menjadi masalah dan kerap menuai kritik adalah ketidakmampuan para ekonom Islam untuk berpikir out of the box.
Maksudnya, struktur ekonomi Islam seringkali disusun mengikuti struktur ekonomi konvensional dalam kerangka yang tidak terlalu berbeda satu sama lain, sehingga terkadang sulit untuk membedakannya. Alhasil, banyak yang berpendapat bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi konvensional tanpa riba plus zakat dan bagi hasil. Padahal tidak sesederhana itu.
Oleh karena itu, metodologi ilmu ekonomi islam mengacu pada kenyataan bahwa pendekatan kedua mendominasi, pilihan yang paling rasional dan aplikatif saat ini adalah dengan melakukan Islamisasi ekonomi melalui pendekatan terintegrasi.
Pendekatan integratif ini bertujuan untuk menjadikan ekonomi konvensional sebagai tolak ukur, kemudian memodifikasi dan menerapkan nilai-nilai Islam untuk melahirkan ekonomi Islam yang berbeda dengan ekonomi konvensional baik secara filosofis maupun praktis.
Menurut Mohammed Aslam Haneef, Guru Besar atau profesor di Universitas Islam Internasional Malaysia, kriteria integrasi dan Islamisasi ekonomi ini ada 5, yaitu:
Berdasarkan kriteria tersebut, kurikulum Ekonomi dan Keuangan Islam pada metodologi ilmu ekonomi islam diharapkan setidaknya berada pada jenjang keempat yaitu Comparative-based integration. Yang paling ideal, tentu saja, adalah level kelima yaitu Complete Islamic economics.
Integrasi ini diharapkan dapat fokus pada dua aspek utama pengetahuan, yaitu:
Referensi :