Virtual Address
Search Engine Google, Bing, Yahoo, Baidu, Yandex and Duckduckgo

Teori belajar konstruktivistik adalah teori belajar yang lebih menekankan keaktifan siswa agar menentukan sendiri mengenai pengetahuan dan teknologi, kompetensi dan juga berbagai hal lain yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan dalam proses belajar, teori ini dapat memberikan kesempatan bagi para siswa untuk bisa mengemukakan gagasan atau pendapatnya dengan gaya bahasa sendiri. Ini diharapkan agar para siswa bisa lebih imajinatif, kreatif dan bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Menurut teori konstruktivistik, pembentukan pengetahuan yaitu memandang subyek untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya bantuan dari struktur kognitifnya ini, subyek pun dapat menyusun pengertian realitasnya.
Interaksi kognitif pasti akan terjadi jika realitas tersebut disusun dengan struktur kognitif yang diciptakan dari adanya subyek itu sendiri. Struktur kognitif memang perlu diubah dan tentu disesuaikan dengan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang mengalami perubahan. Melalui proses rekonstruksi, proses penyesuaian diri akan terjadi secara terus menerus.
Ada beberapa tujuan dari hadirnya teori belajar konstruktivistik, antara lain:
Hakikat teori pembelajaran konstruktivistik dalam Degeng oleh Brooks & Brooks dikatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, selalu berubah, bersifat temporer, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Mengajar memiliki arti menata lingkungan agar si siswa dapat termotivasi dalam menggali makna serta bisa menghargai ketidak tentuan. Maka dari itu nantinya siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan diakibatkan dari adanya pengalaman, dan perspektif yang dipakai untuk dapat menginterpretasikannya.
Teori konstruktivistik ini lebih menekankan pada perkembangan pengertian yang mendalam dan beserta konsepnya, juga pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat oleh siswa tersebut. Jika seseorang tidak aktif dalam membangun pengetahuannya, meskipun usianya terbilang sudah tua tetap saja pengetahuannya tidak akan berkembang. Pengetahuan dapat dianggap benar apabila pengetahuan itu bisa berguna untuk menghadapi dan memecahkan suatu masalah ataupun fenomena yang sesuai.
Pengetahuan memang tidak bisa ditransfer dengan begitu saja, karena harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan adalah suatu proses yang berkembang secara terus-menerus jadi bukannya sesuatu yang sudah ada tanpa adanya perkembangan. Dalam proses tersebut keaktifan seseorang akan sangat menentukan bagaimana perkembangan pengetahuannya.
Teori konstruktivistik memiliki esensi yaitu siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi yang sifatnya kompleks ke situasi lainnya, dan jika dikehendaki informasi tersebut dapat menjadi milik siswa itu sendiri. Sehingga dalam proses belajarnya, siswa bisa membangun secara mandiri pengetahuan mereka dengan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pembelajaran teori konstruktivistik, siswa haruslah menjadi pusat kegiatan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Karena belajar adalah suatu proses pembentukan atau pemaknaan pengetahuan dari pengalaman secara konkrit, refleksi, aktivitas kolaboratif, serta interpretasi yang harus dilukukan oleh siswa itu sendiri.
Guru atau si pendidik memiliki peran sebagai fasilitator yang artinya dapat membantu siswa dalam membentuk pengetahuannya sendiri dan proses pengkonstruksian pengetahuan agar berjalan dengan lancar. Guru memang tidak menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa tetapi guru dituntut agar bisa memahami cara pandang dan jalan pikiran siswa pada saat mereka belajar.
Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah mereka peroleh dengan maksimal, siswa sangatlah membutuhkan sarana belajar yang memadai.
Evaluasi adalah suatu bagian utuh dari belajar yang menekankan pada keterampilan proses baik kelompok maupun individu. Dengan cara ini, kita akan mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa.