Virtual Address
Search Engine Google, Bing, Yahoo, Baidu, Yandex and Duckduckgo
Anda sudah tahu sejarah konflik India Pakistan? Ya, dua negara ini pernah terlibat perang demi memperebutkan wilayah Kashmir. Kashmir sendiri terletak berdekatan dengan kedua negara tersebut yang memiliki potensi alam yang luar biasa. Inilah yang menjadi salah satu alasan India dan Pakistan terlibat konflik memperebutkan Kashmir.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah konflik India Pakistan, yuk simak ulasan berikut ini.
India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di kawasan Asia Selatan. Hingga kini, dua negara ini tidak pernah akur karena konflik memperebutkan wilayah Khasmir, 73 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1947.
Konflik antara India dan Pakistan bermula ketika Inggris melepaskan kekuasaannya dari wilayah India. Masyarakat India saat itu terpecah menjadi dua berdasarkan agama. Mayoritas umat Hindu membentuk negara India, sementara mayoritas umat Islam membentuk negara Pakistan. Dan tersisalah wilayah Kashmir, yang menerapkan sistem kerajaan.
Karena potensi alamnya yang luar biasa, Kashmir kemudian diperebutkan oleh India dan Pakistan. Ya, Kashmir sangat terkenal dengan keindahan alamnya karena pegunungan dan lembah-lembah hijau yang belum pernah tersentuh. Ada beberapa sungai besar yang melewati lembah-lembah Kashmir, seperti sungai Indus, Jhelum dan Zanskar.
Khasmir juga memiliki tanah yang kaya akan hasil bumi seperti emas. Selain itu, tanah di wilayah ini juga mengandung batu zamrud dan batu delima.
Selain potensi alamnya, Khasmir diperebutkan oleh India dan Pakistan karena memiliki keunggulan geografis. Ya, letak wilayah ini sangat strategis karena berbatasan dengan beberapa negara besar.
Wilayah Khasmir bagian utara berbatasan dengan China dan Rusia. Khasmir bagian timur berbatasan dengan China Sinkiang dan Tibet. Khasmir bagian barat berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan. Sementara Khasmir bagian selatan berbatasan dengan India.
Setidaknya, dalam konflik memperebutkan Khasmir, India dan Pakistan terlibat perang sebanyak 3 kali, yakni pada tahun 1947, 1965 dan 1999.
Berikut penjelasan tentang perang antara India dan Pakistan dalam memperebutkan Khasmir.
Khasmir, sebagai wilayah kerajaan, mendapatkan hak dari penjajah Inggris untuk menentukan nasibnya sendiri. Khasmir dapat bergabung dengan India, merapat ke Pakistan atau bahkan menjadi negara yang merdeka. Lantas, apa yang dipilih Khasmir?
Penguasa Kashmir, Maharaja Hari Singh menginginkan wilayahnya bergabung dengan India. Namun, warga Kashmir yang mayoritas beragama Islam lebih menginginkan bergabung dengan Pakistan. Akhirnya terjadilah pertikaian dari internal Kashmir sendiri.
Pemerintah Kashmir yang didominasi kaum Hindu lebih cenderung pro-India melawan warganya sendiri yang mayoritas umat Muslim pro-Pakistan. Di sisi lain, pertikaian ini semakin membara dengan ditambah provokasi dari India dan Pakistan. Ibu kota Pakistan, Islamabad mengirim beberapa kelompok Muslim ke ibu kota Kashmir, Srinagar. Hari Singh kemudian merasa terancam, ia meminta bantuan militer kepada pemerintah India.
India yang pada saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru memenuhi permintaan Hari Singh, yakni mengirim bantuan militer untuk menghadapi suku-suku Muslim yang melakukan penyerangan di wilayahnya. Namun, Jawaharlal juga meminta syarat kepada Hari Singh, yakni wilayah Kashmir harus bergabung dengan India.
Hari Singh tidak keberatan memenuhi syarat tersebut. Pada 27 Oktober 1947, Hari Singh secara resmi menandatangani perjanjian dan menyerahkan Khasmir ke India. Dengan kata lain, penguasa Khasmir itu mengabaikan kehendak warganya yang lebih memilih bergabung dengan Pakistan.
Perang pun semakin panas. Warga Muslim di wilaya Poonch, Kashmir melancarkan pemberontakan. Pakistan terus-menerus mengklaim bahwa Kashmir layak menjadi wilayahnya karena memiliki landasan agama yang sama. India tidak mau kalah, ia juga mengklaim bahwa Khasmir merupakan bagian dari wilayahnya. Terlebih, Hari Singh telah sepakat menyerahkan wilayahnya kepada India.
Di sisi lain, Uni Soviet dan Amerika Serikat turut turun tangan mencampuri konflik India Pakistan itu. Mereka meminta PBB mengeluarkan resolusi untuk membagi wilayah Kashmir.
Alhasil, resolusi PBB tersebut terbit pada 13 Agustus 1948. India dan Pakistan pun telah sama-sama mendapatkan bagian atas wilayah Kashmir. Paskitan mendapatkan wilayah Azad Kashmir yang terletak di bagian utara Kashmir. Sementara India mendapatkan wilayah Jammu Kashmir dan wilayah lainnya yang mana mayoritas warganya beragama Islam yang pro-Pakistan. Warga beragama Islam itu kemudian memilih untuk merdeka daripada berada di bawah kekuasaan India.
18 tahun berlalu, tepatnya pada tahun 1965, setelah India dan Pakistan telah mendapatkan pembagian wilayah Kashmir sesuai dengan resolusi PBB, pemberontakan kembali meletus. Rupanya, kedua negara ini tidak bisa akur sekalipun Uni Soviet, Amerika Serikat dan PBB turun tangan.
Pakistan melakukan operasi Gilbraltar dengan melancarkan penyerangan di wilayah Kashmir. India tak ambil diam, serangan militer balasan pun dilancarkan di Pakistan bagian barat. Akibatnya, ribuan orang tewas.
Pakistan tidak hanya terlibat perang dengan India. Pada 1971, negara ini mengalami konflik internal di mana terjadi aksi separatis (aksi pemisahan diri) di Pakistan bagian timur. India pun memanfaatkan keadaan tersebut. Ia turut membantu kelompok separatis itu untuk bisa melepaskan diri dari Pakistan. Alhasil, wilayah ini betul-betul lepas dari Pakistan dan menjadi negara Bangladesh.
Berkurangnya wilayah ini membuat Pakistan semakin gencar dan fokus membidik Kashmir. Pakistan mengirimkan pasukan militernya dengan persenjataan tank dan pesawat tempur di sepanjang garis batas antara wilayah Pakistan dan India (Line of Control).
Di sisi lain, India melancarkan aksi politis yang membuat konflik perebutan wilayah ini semakin menyalakan api. Pada 1987, India disebut-sebut melakukan kecurangan di pemilihan umum Kashmir. India memenangkan partai yang pro dengannya.
Warga Khasmir yang mayoritas beragama Islam memprotes keras hasil pemilihan umum itu. Mereka menggelar aksi turun ke jalan untuk meluapkan kekecewaan mereka terhadap India. India kemudian mengambil langkah, ia ‘jawab’ protes warga Kashmir itu dengan cara-cara keras. Hal ini memicu warga Khasmir untuk bersikap, aksi turun ke jalan pun menjadi semakin besar. Lebih dari itu, kelompok militan Kashmir pun menuntut kemerdekaan wilayahnya.
Pada tahun 1989, di wilayah Kashmir sendiri terjadi konflik internal. Kelompok separatis yang ‘dihuni’ oleh warga Muslim Kashmir menolak keberadaan umat Hindu atau Kashmiri Pandit (Kasmiri Hindu) di wilayah Kashmir.
Kashmiri Hindu diusir oleh kelompok separatis itu melalui berbagai serangan, mulai dari penganiayaan, penyiksaan, pencurian hingga pemerkosaan. Akibatnya, sekitar 200-300 ribu Kashmiri Hindu dipaksa keluar dari wilayah Kashmir yang kemudian mereka memilih untuk mengungsi atau mengamankan diri di India. Ada juga sejunlah Kashmir Hindu yang hijrah ke China.
Pakistan melihat kejadian ini sebagai kesempatan. Pakistan pun menawarkan bantuan pengiriman kelompok-kelompok militan untuk membantu Khasmir dalam melawan India. Pengiriman kelompok militant ini bahkan terus berlangsung hingga pertengahan 1990-an.
India mengambil sikap. Sebanyak 500 ribu tentara militernya dikirim ke Kashmir. Konflik pun semakin menjadi-jadi. Banyak korban jiwa yang berguguran karena dentuman tembak dan rudal yang beterbangan. Kashmir pun menjadi wilayah yang sangat mengerikan saat itu. Lebih mengerikan lagi, pada tahun 1998, India dan Pakistan melakukan uji coba senjata nuklir.
34 tahun berlalu tepatnya pada Mei hingga Juli 1999, sejak konflik Kashmir ‘memulai’ babak II, Konflik India Pakistan memasuki babak III. Kali ini, bentrok terjadi di pegunungan Kargil, India.
Segerombolan militant Muslim yang pro Pakistan melintasi lokasi tersebut. Mereka melakukan perebutan sejumlah pos militer India yang ada di pegunungan Kargil.
India tak mau ambil diam. Sejumlah militer yang dibekali persenjataan bom, roket hingga peluru dikerahkan untuk melawan kelompok pro-Pakistan itu. Diketahui, sebanyak 250 peluru menghujani konflik dua negara tersebut.
Pada 4 Juli 1999, setelah perang antara India dan Pakistan memasuki babak III, Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif memutuskan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Bill Cinton. Dalam pertemuan itu, didapatkan kesepakatan Pakistan menarik mundur militernya yang berada di garis batas antara wilayah Pakistan dan India (Line of Control). Konflik akhirnya dinyatakan berakhir.
Diketahui, konflik Kashmir yang melibatkan India, Pakistan dan penguasa serta warga Khasmir sendiri ini telah melenyapkan sekitar 40 ribu nyawa. 800 ribu orang lainnya terpaksa harus mengungsi ke daerah aman lainnya.
Hubungan antara India dan Pakistan mengalami fluktuatif setelah berakhirnya konflik Kashmir. Dengan kata lain, hubungan kedua negara ini kadang-kadang baik, kadang-kadang saling menebarkan kejengkelan.
Pada November 2003, Perdana Menteri India Atal Bihari Vajpayee menemui pemimpin Pakistan Pervez Musharraf untuk menjalin hubungan diplomatik. Hubungan kedua negara ini terus membaik hingga tahun 2008. Terbukti, pada 21 Oktober 2008, jalur perdagangan dibuka melewati batas kekuasaan Kashmir, mulai dari rempah-rempah, buah dan sayuran, pakaian dan lainnya.
Pada tahun 2016, hubungan India dan Pakistan kembali memburuk. Kedua negara ini terlibat ‘perang lisan’ setelah 18 tentara India tewas karena diserang oleh pasukan militan di wilayah Khasmir yang telah dikuasai India. Pada 29 September 2016, dua militer Pakistan pun tewas dalam perang melawan India di wilayah perbatasan antara kedua negara tersebut.
Pada Juli 2017, kelompok militan lagi-lagi menyerang umat Hindu yang mengakibatkan terbunuhnya 7 orang dan 16 lainnya luka-luka (dari kelompok umat Hindu).
Pada Agustus 2019, India mencabut status istimewa Kashmir yang memberinya hak otonomi signifikan. Hal ini membuat massa bereaksi, terutama di wilayah Kargil, kota terbesar kedua di wilayah Jammu dan Kashmir. Massa menggelar aksi demo besar-besaran menentang kebijakan tersebut.
Di sisi lain, negara kita, Indonesia didorong untuk melakukan mediasi untuk menyelesaikan ‘konflik’ antara India dan Pakistan yang tak kunjung berhenti. Indonesia dituntut tidak boleh hanya melihat persoalan ini sebagai sekadar isu yang berkaitan dengan agama Islam, mengingat Indonesia sendiri merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Indonesia perlu melihat bahwa di kawasan Asia Selatan, Indonesia membutuhkan India dan Pakistan sebagai mitra.
Itulah ulasan tentang sejarah konflik India Pakistan dalam memperebutkan wilayah Khasmir yang setidaknya meletuskan perang hingga tiga babak. Memang, hal-hal yang dipicu perbedaan agama seperti ini sangat sensitif. Perang pun terjadi akibat perbedaan agama.
Semoga ulasan tentang konflik Kahsmir ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru untuk Anda.